Judul Buku: The Dusty Sneakers
Penulis: Teddy W. Kusuma dan Maesy Ang
Tahun Terbit: 2014, Cetakan I
Penerbit: Noura Books
Kategori Buku:Nonfiksi
Sebuah
kisah perjalanan yang membuat pembaca dapat membayangkan ada di dalamnya. Kisah
persahabatan dua orang yang memutuskan untuk membuat blog perjalanan bersama sebagai alat komunikasi. Gypsytoes dan
Twosocks sama-sama mencintai buku dan sama-sama mencintai sebuah perjalanan,
juga kejutan-kejutan yang ada di dalamnya. Perbedaan mereka adalah Gypsytoes
tumbuh besar dengan cerita-cerita fantasi, sementara Twosocks dibesarkan dengan
kisah-kisah dunia perwayangan.
Jarak
yang memisahkan mereka tak menghalangi Gypsytoes dan Twosocks untuk tidak
berbagi kisah. Gypsytoes di Belanda sekaligus meneruskan studinya, sedangkan
sahabatnya Twosocks di Jakarta. Jarak yang terpaut jauh, bukan?
Gypsytoes
dengan perjalanannya ke Paris, menyusuri negeri dongeng di Praha, Italia, Roma
serta kisah persahabatannya dengan Kiran, gadis Nepal berambut keriting. Dan
Twosocks dengan perjalanannya ke Merauke, menjelajahi gunung, Baduy, Bali,
serta persahabatan uniknya dengan Arip Syaman, pemuda jebolan pondok pesantran
Ngabar, Ponorogo.
Gypsytoes
mengunjungi toko buku Shakespeare and Co., sebuah sudut di Paris yang
meninggalkan jejak para pujangga sebesar Hemingway atau F. Scott Fitgerald. Ia
teringat obrolannya dengan Twosocks “Para penulis muda yang berkelana dari
berbagai belahan dunia diperbolehkan untuk tinggal di sana selama yang mereka
mau. George Whitman hanya meminta para penginap untuk menuliskan kisah hidupnya
masing-masing dan meninggalkannya sebelum mereka pergi.”
Sedangkan
Twosocks, cerita dari Timur membuat siapa pun yang membacanya berpikir tentang
negeri ini, tentang Indonesia tercinta. Bahwa masih ada sudut di belahan
Indonesia yang ditempatkan di bagian yang menyendiri. Papua secara umum, adalah
wajah Indonesia yang lain. Dari Baduy kita belajar dari keteguhan mereka
menjalani adat dan warisan leluhur dengan tulus. Tak mengenal alat elektronik,
tidak menikmati listrik, mandi tanpa sabun, menyikat gigi tanpa pasta gigi, dan
mencuci tanpa deterjen, semua itu dilakukan oleh mereka, kita harus
menghormatinya.
Mereka
akhirnya bertemu setelah setahun hanya melihat gambar dua dimensi di layar komputer
serta membaca kisah-kisah yang ditulis di blog.
Twosocks mencari Gypsytoes di Bangalore, India. Selama sepuluh hari bersama,
mereka kembali berjalan-jalan, menari, melompat dan berbicara tentang
petualangan mereka tanpa henti. Sungguh sangat ceria bersahabat Twosocks dan
Gypsytoes.
Penulis
membawakan cerita dengan apik dan memberi pengetahuan-pengetahuan baru tentang
Indonesia dan benua Eropa. Bahasa persuasif
yang membuat iri pembaca yang tak ingin berhenti menelusuri setiap
kalimat dalam buku ini. Bagi para ‘pejalan’ dan penikmat dunia, buku ini cocok
untuk dibaca. Kalian harus beli!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar