Tania
mengenang ‘segalanya’ dibalik kaca lantai dua toko buku terbesar di kota Depok.
SEMUANYAAAA
..
Tentang
meninggalnya ibu, tentang adiknya Dede, tentang kak Ratna, dan tentang dia (seseorang yang telah datang dan
menjanjikan masa depan untuk Tania dan Dede yang hanya seorang pengamen. Dia juga
yang membuat Tania merasakan ‘itu’, perasaan yang tidak bisa diartikan secara
luas oleh Tania yang baru kelas 1 SMP.
Sejak
pertemuan di dalam metro mini bersama dia,
semua terasa mudah dan ringan. Tania dan Dede jadi bisa sekolah lagi, tidak
mengamen seperti dulu. Mereka yang tadinya hanya tinggal di sebuah rumah kardus
sekarang sudah pindah ke kontrakan kecil dekat-dekat situ.
Ibu
Tania jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Pesan terakhir ibunya kepada Tania,
“Berjanjilah, Nak. Berjanjilah, kau akan selalu menjaga adikmu.” “Berjanjilah,
Nak.. ini akan menjadi tangisan terakhirmu pula. Kau tak boleh menangis demi
siapapun mulai detik ini. kau tak boleh menangis bahkan demi adikmu sekalipun.
Kecuali… kecuali demi dia… kecuali
demi dia.”
Saat
itulah, Tania bersumpah akan menurut pada malaikat
keluarganya. Termasuk menerima beasiswa sekolahnya di Singapura, ia menurut
walau hati tak rela untuk jauh dari Dede dan tentu saja dia.
“Kau
akan tumbuh menjadi wanita cantik dan pintar, Tania.” Ucap dia sambil mengelus kepala Tania.
Oke
sebut saja dia,Danar… Tania dan Dede
memanggilnya om Danar.
Beasiswa
Tania berlanjut hingga kuliah. Perempuan kumel, kotor yang biasanya
berlari-lari untuk mengejar metro mini sekarang sudah berubah menjadi wanita
dewasa yang cantik dan pintar.
Usia
Tania 21 tahun, Adiknya 16 tahun dan dia 35
tahun.
Umur
yang cukup untuk menikah. Danar akan menikah dengan Ratna. Ohh iyaa, aku lupa
menceritakan tentang Ratna. Ia adalah ‘teman dekat’ Danar sejak Tania masih
tinggal di Indonesia, dia juga membantu Tania mencari sekolah untuk dirinya dan
ada saat ibu Tania sedang sakit parah. Namun hubungannya sudah lama putus, walau
akhirnya mereka bertemu kembali dan memutuskan untuk menikah.
Sebagai
‘adik’ seharusnya Tania bahagia mendengar kabar gembira itu. Namun tidak untuk
Tania yang mengganggap Danar lebih dari seorang ‘kakak’.
Tania
memutuskan untuk tidak ke Jakarta saat acara itu berlansung. Ini membuat Danar
sedih dan murung. Bahkan Ratna takut kalau Danar akan berubah pikiran.
Pernikahan
tetap berlangsung tanpa kehadiran Tania. Walaupun sudah di ingatkan oleh
Anne—sahabat Tania di Singapura—bahwa Danar tak mungkin suka dengan wanita
seumuran kita. Dia pasti lebih suka dengan wanita yang tak jauh beda dengan
dirinya. Tania tak peduli. Ia tetap tak peduli..
Sangat
menyesakkan sekali. Mereka putus hubungan sejak pernikahan itu. Tak ada lagi chatting dan tidak ada lagi telepon dari
Danar. Mungkin mereka sudah bahagia? Pikir Tania. Ahhh sudahlah,, Tania tidak
ingin memikirkan urusan ‘hati’ itu lagi. sangat tidak penting. Ia mencari
kesibukan lain selain kuliah yaitu membuka usaha kue di Singapura. Ini
semata-mata agar pikirannya tidak terpaku dengan dia.
Semua
berjalan normal. Waktu memang obat yang sangat mujarab.
Walaupun
Tania tidak berkomunikasi dengan om Danar, namun komunikasinya dengan kak Ratna
tak pernah putus. Ia selalu mengirimkan kabar satu sama lain. Enam bulan
berjalan seperti biasanya, sibuk dan sibuk yang Tania inginkan. Sampai pada
akhirnya kak Ratna bercerita serius melalui chatting.
Sangat amat seriusss..
Kak
Ratna tak tahan untuk bercerita ini semua dengan Tania.
Danar,
suami tercinta Ratna sepertinya tidak (lagi) mencintai dirinya, atau malah memang
tak pernah sedikit pun mencintainya?
Enam
bulan usia pernikahan Danar dan Ratna tak ada yang istimewa. Tak ada
sedikitpun. Bahkan hanya sekedar ngobrol romantis pun tidak!!
Ada
yang aneh dengan sikap Danar. Sering pulang malam entah kemana. Tak ada waktu
untuk berduaan dengan Ratna. Ada apa sebenarnya??
Tania
kaget membaca tulisan panjang yang ada di hadapannya. Masa sih om Danar seperti
itu? Tak mungkin ia berselingkuh? Tak mungkin ia tega menyakiti istrinya
sendiri?
Rahasia
besar mungkin belum terungkap.
Tania
menyuruh Dede memata-matai om Danar. Apa saja yang di lakukannya? Pergi kemana saja
sampai larut malam??
Dede
sebenarnya mengetahui apa yang tidak di katakan. Karena dengan sikap pun sudah
jelas terlihat kalau Danar sebenarnya menyukai Tania. Seseorang yang selama ini
di anggapnya menjadi ‘adik’. Ia menyukai Tania sejak dulu.. duluuuuuuu sekali. Saat
rambut Tania masih di kepang dua, saat Tania masih ‘bocah’.
Danar
sadar bahwa perasaannya tak mungkin terbalas, banyak perbedaan di antara mereka—walau
sebenarnya rasa itu sudah terbalaskan..
Tak
perlu banyak waktu untuk berpikir terbang ke Indonesia. Malam ini semuanya
harus selesai. SELESAIII..
Tania
bertemu dengan Danar. Menjelaskan semuanya. Tentang perasaan, cinta, rindu,
cemburu yang pernah terjadi.
Namun
saat ini sudah ada Ratna yang senantiasa menunggunya di rumah setiap malam,
senantiasa mencintainya dengan sepenuh hati. Akhirnya Danar mau memperbaiki
semuanya, melupakan cinta masa lalunya dan Ratna tak perlu tau soal itu..
“Cinta
tak harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan. Dia memang amat
sempurna. Tabiatnya, kebaikannya, semuanya. Tetapi dia tidak sempurna. Hanya cinta yang sempurna.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar