Fira
Basuki. Siapa sih yang engga kenal dengan beliau? Wanita cantik yang karyanya
banyaaaak dan selalu populer J
Kali
ini gue mau cerita sedikit tentang autobiografinya yang berjudul “Fira dan
Hafez”
Kisah
yang mengharukan, menyedihkan namun mengKUATkan.
Belahan
jiwa, separuh raganya HILANG, tetapi ia harus tetap hidup bersama kenangan.
Yaa..
Fira di ‘tinggal’ untuk selama-lamanya oleh suami tercinta. Suami yang baik,
suami yang menerima dia apa adanya, suami yang romantis, suami yang selalu ada
untuknya, dan ayah dari anak yang di kandung Fira.
Hafez
mengidap Aneurisma. Penyakit apa itu? Pecahnya pembuluh darah secara tiba-tiba.
Fira berkata, “Benarkah Hafez telah tiada? Mengapa ia pergi begitu cepat? Haruskah
saya saja, bukan dia. Bukankah saya yang berusia empat pulh tahun?”
Satu
yang pasti adalah yang muda belum tentu ‘ada kesempatan’ dan yang tua belum
tentu ‘kembali’ dengan cepat. Orang baik akan meninggalkan KEBAIKAN. Orang baik
akan ‘pulang’ duluan. Yaa, itu memang benar adanya..
Hafez
sosok yang romantis di mata istrinya, sosok suami idaman. Saat setiap pulang
dari kantor Fira muntah dan Hafez sendirilah yang membersihkan muntah Fira. Ia membantu
Fira dengan sabar. Hafez tidak memperbolehkan muntahan Fira dibersihkan oleh
asisten rumah tangga. Ia sendiri yang turun tangan tanpa jijik sedikit pun,
dengan alasan, “Ini Muntah bojoku (istriku).”
Pernah
beberapa kali mereka membicarakan tentang kematian. Fira sadar suaminya lebih
muda darinya, tampan, gagah, wajar saja kalau dirinya yang akan lebih dulu
meninggal. Hafez jawab, “Yo, kalau kamu meninggal duluan, saya akan di rumah
temani anak-anak.” Tetapi anehnya sehari sebelum Hafez pergi ke Yogya ia
berkata, “Fir, aku nggak mau kamu meninggal duluan. Aku nggak sanggup hidup di
dunia tanpa kamu. Aku aja yang meninggal duluan ya?”. Mungkin itu pertanda? L
Yang
telah ‘pergi’ takkan bisa kembali. Selagi kalian bisa bersama dengan orang
tersayang buatlah ia tersenyum saat di dekatmu.
Moment
berharga atau kenangan orang yang telah tiada tak bisa terulang, hanya bisa di
ingat dan di rasa. Sedih memang kalau hanya bisa membayangkan, tak bisa tersentuh
dunia nyata.
Fira
bercerita dalam tulisan di bukunya, ini membuat saya merinding..
(Tidak
ada proposal khusus dari Hafez seperti dalam film-film, ia juga tidak jongkok
di hadapan saya. Bahkan saya lupa persisnya kapan ia menyebutkan ingin menikahi
saya karena sejak ia serius, pembicaraan itu selalu hadir. Suatu hari Hafez
mendadak berkata. “Yuk sholat dua rakaat sama aku, aku mau minta izin Allah.” Lalu
ia pun menjadi imam di sholat itu. Saya sujud sambil menangis, masih tak
percaya ada seorang pria di luar keluarga saya yang mengajak saya sholat
berjamaah. Selesai shalat tampak ia lega. Ia berkata, “Aku sudah amat sangat
yakin.”)
Begitu..
iya begitu indah kisah mereka..
Satu
pesanku. Buatlah orang-orang disekitarmu tersenyum, sebelum mereka ‘pulang’ J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar