Judul
Buku: Menangis karena Allah
Penulis: Mansur Abdul Hakim
Tahun
Terbit: 2012, cetakan I
Penerbit: Noura Books
Kategori
Buku: Agama
Di
dalam buku ini terdapat 170 kisah-kisah inspiratif Nabi, Para Sahabat, dan Orang-orang
Saleh yang menangis karena Allah.
Tangis adalah belas kasihan dari
Allah yang Mahaagung dan Mahamulia serta rahmat adalah awal dari
derajat-derajat takut kepada Allah. Apabila seorang mukmin menangis, lembutlah
hatinya dan Allah telah mengasihinya serta besar takutnya kepada Allah dan
menjadikannya hamba yang taat. Ketahuilah, sesungguhnya para nabi-nabi itu
lebih banyak takwa dan menangis kepada Allah.
Rasa takut yang berlebihan kepada Allah S.W.T merupakan
hal yang wajar bila dilakukan oleh seorang yang muslimin. Ketika itu Abu Dawud
mendatangi Kurzu ibn Wabroh, ternyata beliau sedang menangis. Ia menangis
karena kemarin malam tidak wiridnya, biasanya ia membaca Al-Quran satu juz.
Itulah salah satu rasa takut terhadap dosa-dosa yang diperbuat semasa hidup.
Zaman telah berubah. Sekarang banyak yang tidak
menyadari kesalahan-kesalahannya. Seakan masa bodo atas dosa dan maksiat yang
telah dilakukan. Tak tahu malu! Tak tahu terima kasih kepada Sang Pencipta
langit dan segala macam isinya.
Menangis merupakan hal yang sangat menenangkan karena
kita merasa lega ketika habis menangis. Buku ini bisa dijadikan contoh karena
terdapat kisah-kisah mereka yang menangis karena Allah bukan disebabkan oleh
putus cinta atau karena duniawi saja. Banyak kisah para sahabat di buku ini
yang menangis karena ingin menghadap Allah S.W.T tetapi tidak mengetahui apakah
amal ibadahnya sudah benar, apakah ia pernah berbuat dosa. Ia sangat takut
dengan Allah, sang Pencipta-Nya.
Bahkan dalam riwayat lain disebutkan bahwa Abdullah ibn
Amru bertanya, “Mengapa engkau heran melihat aku menangis? Demi Allah, sungguh
bulan pun menangis karena takut kepada Allah! Demi Allah, jika kalian
benar-benar tahu, salah satu dari mereka pasti menangis sampai suaranya
terputus-putus dan salah satu dari mereka pasti sujud sampai tulangnya pecah.
Mengapa engkau heran melihat aku menangis karena takut kepada Allah? Jika
kalian tidak dapat menangis, berusahalah menangis. Sungguh rembulan menangis
karena takut kepada Allah!” (Ibn Abi Syaibah dalam Mushannaf, Ibn Mubarak dalam
al-Zuhd, dan Al-Marwazi dalam Qiyam al-Lail).
Buku ini menginspirasi dan membuka hati kita. Pintu
taubat masih sangat terbuka dan tidak ada kata terlambat, Allah MahaPengampun
lagi Maha Penyayang.
Dalam penulisan buku ini sebaiknya konsisten dalam
menggunakan kata ‘aku’ atau ‘saya’. Di buku ini domina yang dipakai yaitu
‘aku’, maka alangkah lebih baiknya kalau semuanya memakai kata ‘aku’. Kalimat
terjemahannya sangat komunikatif dan mudah dipahami pembaca manapun, sangat
menyentuh hati dan membuat pembaca ingin menangis. Namun, masih banyak terdapat
kesalahan cetak (typo) di dalam buku ini yang sedikit menganggu para pembaca
tetapi tidak mengurangi rasa antusias untuk tetap menyelesaikannya dari halaman
satu ke halaman berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar