Ilustrasi by: google.com
Hembusan
angin yang kencang mengibaskan rambut panjang Shelly dengan indah. Yaa, Shelly
memang mempunyai rambut yang lurus terurai lembut sampai pinggang. Shelly tak
pernah berani memotong rambutnya tanpa restu dari ibunya.
Saat
ini ia duduk di bangku kuliah semester 1, Maba yang cantik dan ramah tentu saja
menjadi incaran senior-senior pria di kampus tersebut. Penampilan yang
sederhanalah yang membuat ia menarik di hadapan orang-orang. Wajah tanpa make-up
dan pakaian yang seadanya, tak mengurangi daya tarik yang di miliki Shelly.
“Shell,
pulang bareng yuk?” kata salah satu senior angkatan 2010 terhadap Shelly.
Ia
tak pernah mengingat nama-nama senior tersebut, tetapi entah darimana mereka
mendapatkan identitas Shelly, bahkan ada yang nekad mengirim pesan singkat
hanya untuk mendapatkan perhatian lebih dari ‘sang putri’ tersebut.
Tak
jarang yang hanya menanyakan sedang apa? Sudah makan belum? Jangan lupa makan
ya! Namun Shelly menanggapinya dengan singkat tanpa perlu menanyakan siapa yang
mengirimkan pesan tersebut. Karena tanpa ia bertanya pun, keesokkan harinya
akan ada senior atau teman satu angkatan yang bilang “Shell, save nomer gue ya.
Semalem yang ngucapin selamat malam itu nomer gue.”
Shelly menggeleng-gelengkan
kepalanya. “Engga kak. Aku mau pulang bareng teman-teman aja.” Ucap Shelly
sambil memberikan senyum dan lesut pipit di wajahnya.
Senior
itu tak mau memaksa. Mendapatkan senyuman dari Shelly saja sudah membuat hari
ini menjadikan salah satu hari membahagiakan untuknya.
Banyaknya
perhatian yang didapatkan oleh Shelly, membuat salah satu temannya menjadi iri
dan sinis dengan Shelly.
“Ini
bukan keinginanku. Aku tak pernah menyuruh mereka seperti itu. Aku pun jarang
sekali membalas perhatian-perhatian mereka yang berlebihan. Karena menurutku, mereka
melakukan seperti itu bukan karena benar menyukaiku dengan hatinya, tetapi
mereka hanya kagum dengan apa yang mereka lihat, kagum dengan kecantikan yang
tidak hakiki ini. Tuhan hanya memberiku sedikit kelebihan ini untuk menutupi
banyaknya kekurangan yang aku miliki.” Ucap Shelly ketika di labrak kakak kelas perempuan saat masih kelas 10 SMA. Kakak
kelas tersebut pun pergi tanpa berbicara sepatah katapun.
Shelly
merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, 2 adik laki-laki dan 2-nya lagi
perempuan. Beban yang cukup berat karena dirinya berjenis kelamin perempuan.
Yang pada hakikatnya, seorang perempuan itu manja dan tentu saja banyak bicara.
Shelly tidak demikian, ia harus memperlihatkan kekuatannya kepada adik-adiknya.
Tidak pernah mengeluh dan berputus asa dalam segala ujian yang diberikan Tuhan.
Sedih
yang cukup mendalam di rasakan Shelly ketika ayahnya meninggal dunia. Saat itu
Shelly duduk di kelas 11 SMA. Dua adiknya yang masih balita tak mengerti bahwa
ayahnya telah tiada untuk selama-lamanya. Hanya terkadang adik Shelly yang
berusia 5 tahun menanyakan keberadaan ayahnya,
“Mbak,
ayah kemana? Ayah bilang mau memperbaiki mobil-mobilanku yang rusak ini.”
“Mbak,
ayah kok lama sekali pulang kerjanya? Aku
mau minta di beliin permen sama ayah.”
“Mbak,
samperin ayah yuk? Aku kangen di gendong ayah.”
Pertanyaan-pertanyaan
itulah yang sering mendarat dengan lancar ke telinga Shelly. Kakak wanita yang
sering berpura-pura tegar di depan adik-adiknya. Karena memang yang lebih
banyak waktu bersama dengan ke-5 adiknya itu adalah Shelly, sedangkan Ibu
Shelly memutuskan mencari pekerja untuk mencukupi keperluan sehari-hari
keluarga mereka.
Sebagai
seorang anak tertua di keluarga tersebut, Shelly sering merasa tak enak hati
jikalau menyusahkan ibu ataupun terkadang meminta uang untuk tugas-tugas
kelompok yang sering diberikan sekolah. Shelly berusaha supaya ia tak meminta
lagi dengan ibunya, ia sadar keperluan adik-adiknya masih sangat banyak. Maka dari
itu, semenjak di tinggal Ayah, Shelly berjualan kue di sekolah. Bukan dia yang
membuat kue tersebut, tetapi ia hanya bertugas menjual dagangan dari toko.
Keuntungan yang di dapat cukup lumanyan, setidaknya, ia tak harus meminta
keperluan sekolah oleh ibu. Masuk kuliah pun, itu atas dasar kecerdasannya. Ia mendapat
beasiswa full S1 Fakultas Ekonomi.
Berjualan
kue berlanjut ketika Shelly mulai rutin masuk kuliah. Tak perlu banyak waktu
untuk bisa menghabiskan 2 kotak kue yang Shelly bawa dari toko dekat rumah.
“Alhamdulillah.
Kue yang aku jual habis lagi hari ini.” ucap Shelly sambil merapikan kotak
kuenya untuk di buang.
Shelly
teringat dengan ke-5 adiknya yang pasti sudah menunggunya di rumah. Shelly
pulang terlalu sore hari ini. Ia berjalan agak cepat untuk bisa mendapatkan
angkot dan sampai ke rumah. Di perjalanan, ada Andry, teman satu kelas yang
menawarkan tebengannya untuk Shelly. Kali ini ia menerimanya, karena memang ia
sudah cemas apakah adik-adiknya sudah makan tadi siang.
“Aku anter sampai rumah Shelly ya?”
“Hmm,
iya Ndry. Terimakasih banyak ya.”
“Iya
sama-sama. ehh Shell, aku boleh nanya sesuatu ga?”
“Boleh.
Nanya apa Ndry?”
“Cwo-cwo
di kampus kita dari yang tampangnya ganteng sampai yang jelek itu naksir kamu
Shell. Tapi kenapa engga ada satu pun yang jadi pacar kamu? Apa engga ada
kriteria cwo idaman kamu disini?”
“Bukan
engga ada cwo idaman atau engga ada yang cocok Ndry. Tapi buat kehidupan aku
sekarang, hal seperti itu belum terpikirkan di benak aku. Masih sangat banyak
kepentingan-kepentingan lain yang harus aku dahuluan dan aku utamakan.
Takutnya, nanti kalau aku pacaran, malah makin ribet dan makin nyusahin orang
tua. Lebih baik aku bahagiakan dulu mama dan adik-adik aku, baru aku memikirkan
hal yang seperti itu.” Jawab Shelly panjang lebar.
“Adik
kamu berapa Shell?” tanya Andry penasaran.
“Lima.
Hehe” ucap Shelly sambil tertawa kecil.
“Wah
banyak ya. Bener juga apa yang kamu bilang. Lakukan yang terbaik buat dirimu
dan keluargamu dulu. Semangat ya Shell.”
“Pasti.”
Ujar Shelly.
Selalu
diberi support dari sahabat barunya. Kini Shelly makin semangat untuk menggapai
cita-citanya.
Impian
Shelly sederhana namun sangat banyak manfaatnya, yaitu ingin supaya
adik-adiknya juga bisa kuliah seperti dirinya dan mampu menjadi sarjana yang
berguna bagi Agama dan Negaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar