Foto by: google.com
Nama ku Elisa Purnama Sari. Besok
adalah hari ulang tahun ku yang ke 19 tahun. Tak sabar rasanya menunggu hari
esok tiba. Membayangkan pesta ulang tahun yang meriah, berkumpul bersama
keluarga dan teman-temanku, sungguh sangat bahagia pastinya.
Tapi saat ini aku masih terbaring
tak berdaya di rumah sakit kawasan Jakarta Selatan. Karena aku menderita
penyakit kanker getah bening stadium akhir. Dan kata dokter, hidupku
kemungkinan akan beberapa hari lagi karena memang penyakit ku sudah kronis
menyebar. Itu lah yang aku dengar dari percakapan Mama dan Dokter, seminggu
yang lalu.
Aku tak sengaja mendengar pembicaraannya
tersebut. Bukan merasa semakin sedih atau terpuruk, aku malah semakin bersemangat
memberikan senyum di saat-saat terakhir ku dengan orang tersayang.
“Ya Rabb,,, tolong perpanjang umurku.
Setidaknya sampai hari ulang tahunku tiba.” ucapku tak bersuara, dalam keadaan
lemah tetapi masih sadar. Tetesan air mata terasa begitu hangat di pipi ini. Ku
hela nafas ini secara perlahan.
Yang hanya bisa aku lakukan selama
kurang lebih sebulan terbaring di rumah sakit ini hanya menulis di sela-sela
rasa sakit yang aku rasakan. Menulis sambil menahan rasa sakit tak semudah yang
aku bayangkan, sesekali rasa letih sangat cepat menghampiriku, tak bisa aku
mengerakkan tangan, terkadang aku kehilangan pensil ataupun buku catatanku
terjatuh di bawah kasur tempat tidur rumah sakit. Tetapi hanya inilah kegiatan
yang menurutku sangat bermanfaat di saat terakhirku. Setidaknya aku menulis
untuk keabadian.
“Kamu sedang menulis apa sayang??”
ucap Mama tercintaku yang selalu setia menungguku sehabis menjemput adik pulang
sekolah
“Sedang menulis kisah hidupku secara
singkat, supaya bila aku sudah tidak ada disini, mama dan orang-orang terkasih
tetap bisa membaca tulisanku ini, dan aku berharap walaupun nanti aku sudah
mati, tetapi karya tulisanku masih tetap hidup di hati mama dan hati
orang-orang yang membaca tulisan terakhirku.” kataku agak sedih, namun aku tak
mau terlihat lemah di depan orang yang telah mengadungku. Malaikat nyataku yang
biasa aku sebut dengan panggilan “mama” ini, ku harap bisa tegar menghadapi ini
semua.
Aku mencoba tersenyum sebisaku. Ingin
rasanya terlahir kembali dengan keadaan yang tidak seperti ini. Tetapi aku tak
boleh mengeluh, karena aku memang makhluk Allah yang sewaktu-waktu dapat
kembali kehadapannya.
“Kamu ini ngomong apa sihhh, kamu
akan tetap disini sama mama, papa, adik dan tentu saja teman-teman terbaikmu.”
Ujar mama yang tampak terlihat sangat sedih, aku menyesal telah berbicara
seperti itu. Maafkan aku ma.
Tak lama setelah itu, kekasihku
datang membawakan makanan kesukaanku. Ia duduk di samping mama. Seperti
biasanya, ia selalu memberikanku senyum terindahnya, senyum yang aku rindukan
disetiap saat, senyum yang terus aku nantikan kehadirannya.
Mama meninggalkan kami berdua, ia
ingin membelikan makan siang untuk adik perempuanku yang masih kelas 3 SD.
“Bagaimana kabar kamu hari ini?”
Tanya Putra kekasih hatiku.
Ini pertanyaan yang selalu di
ulang-ulang oleh Putra di setiap harinya. Selalu dan terus menerus bertanya
seperti itu. Sesungguhnya aku sudah sangat bosan mendengarnya.
Aku tersenyum simpul mendengar
pertanyaan itu.
“Lebih baik dari kemarin.” Jawabku
yang sengaja untuk menenangkan hatinya. Padahal ada rasa nyeri dan sedikit
takut menyelimuti diriku hari ini. Tetapi aku tak memperdulikannya, biarkan
hanya aku yang merasakan.
“Apa yang kau tulis hari ini Elisa?” Putra
bertanya sambil tersenyum dan juga sedikit melirik buku yang ku taruh di
perutku.
“Tak banyak yang aku tulis sayang.
Maukah kau membacakannya kembali untukku?” pintaku kepadanya.
“Tentu saja aku mau.”
Putra mengambil buku catatanku dan
langsung membuka tulisan terakhir yang terdapat
di dalam buku tersebut. Tulisanku memang tak terlalu rapi dan indah.
Semoga ia bisa membacanya.
Tulisan ke-33 di rumah sakit
Tak ada
yang lebih indah dari rasa sayang ini kepada Allah..
Aku,
kamu, kami dan mereka pasti tau hal itu..
Indahnya
melebihi apapun.
Segala
macam anugrah yang Dia berikan selalu terasa sebagai pembelajaran yang
berarti..
Bahkan
cobaan yang tanpa henti pun, akan terasa nikmat di akhir.
Cinta
ini akan tertanam di sanubari hingga nanti..
Untuk kau, orang-orang terkasih
dan terhebat di dalam hidupku,,
Perjalanan hidup masih harus di
perjuangkan
Menjajaki dunia yang penuh
dengan lika-liku kehidupan
Bila kau terjatuh, jangan ragu
untuk bangkit
Karena selalu ada tangan halus
seseorang yang akan membantumu beranjak naik
Bila kau gagal, jangan pernah
bosan untuk mencobanya lagi,
Karena akan selalu ada seseorang
yang bersedia merangkul pundakmu untuk berkata “Kau tak boleh menyerah.”
Bila kau sakit, jangan takut
untuk mengobatinya dan segeralah berjuang kembali
Kita
bersama dalam satu hati dan satu tujuan untuk menggapai Rahmat-Nya
Insya
Allah, kita akan di pertemukan lagi di tempat yang begitu indah yaitu di sisi
sang Maha Pencipta. Aminn
Putra
terdiam sejenak ketika selesai membaca tulisan corat-coretku itu. Ia menatapku
lekat-lekat seakan ingin mendekap. Aku pun membalas tatapannya.
“Kamu
kenapa menatapku seperti itu Lisa?” tanya Putra terhadapku.
“Aku
hanya ingin melihat senyum manismu yang akan aku bawa ke akhirat nanti.” Ucapku
tetap saja merayu.
Dia
mengenggam erat tangan ini seakan tak ingin melepasnya. Aku diam saja. Tak lama
aku tertidur nyenyak. Lelah sangat terasa di pundak hari ini. Besok adalah hari
ulang tahunku. Aku sudah bahagia sekali ketika mengingat hal itu. Hari yang
sudah ku tunggu-tunggu sejak dulu. Aku ingin bangun dengan rasa gembira dan
ceria esok hari. Bertemu dengan teman-teman dekatku dan berkumpul bersama
mereka lagi. wahhh akan menjadi hari yang bersejarah untukku. Merayakan ulang
tahun di rumah sakit. Pikirku ketika itu.
***
Esok
hari pun tiba. Namun ternyata Tuhan lebih sayang terhadapku, Tuhan lebih
menginginkan aku bertemu dengannya dibanding bertemu dengan teman-temanku di
dunia. Senang sekali aku melihatnya, teman-temanku tetap hadir untuk merayakan
ulang tahunku sekaligus melihat jasatku untuk yang terakhir kalinya. Tak
terbayangkan olehku, yang hadir lebih banyak dari yang aku kira. Ya karena ini
bukan hanya acara pesta tetapi juga pemakaman ragaku.
Tetapi
Tuhan masih memberiku kesempatan untuk menulis. Menulis hal-hal indah yang
pernah ku lalui bersama keluarga, sahabat dan orang terkasih. Semoga dengan
tulisan tersebut, aku akan tetap hidup di dalam hati mereka. Amin J
***
the end ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar