Liputan
perdana gue keluar kampus dan yang jauh adalah ke Bentara Budaya, Jakarta
(samping Kompas). Gue dan temen gue bernama Fia memutuskan untuk pergi liputan
naik motor. Kita berdua naik motor dan kita berdua pula memboncengi teman perempuan
juga. Karena nggak tau jalan, gue hanya di belakang ngikutin temen-temen cwo.
Biar ga terlalu ketinggalan dan mengenali itu teman kita atau bukan, jadi yang
di boncengi itu memakai almamater kuning dari PNJ.
Lumanyan
jauhhh, lumanyan pegel dan lumanyan nyut-nyutan ini kepala keberatan sama helm.
Hehe
Kita
mampir sebentar di gedung DPR & MPR (depannya doank) untuk nunggu temen yang
ketinggalan di belakang.
Engga
lama, kita lanjutin lagi perjalanannyaa.
Sampai disana udah banyak yang datang. Mulai dari aktris, cerpenis, novelis, bahkan
orang-orang pengusaha pecinta lukisan yang ingin membeli lelangan dari
lukisan-lukisan yang akan di lelang ketika itu. Kebanyakan lukisan yang di
lelang adalah dari ilustrasi cerpennya bang Hamsad.
Gue
dan kami kesana dalam rangka “Malam Solidaritas untuk Hamsad Rangkuti”. Beliau
seorang cerpenis terkenal yang sudah mempunyai karya yang luar biasa banyak,
dan beliau waktu itu sedang di rawat di rumah sakit.
Berbagai
acara telah di ikuti, dari pembacaan cerpen, puisi, music dan bernyanyi. Jam
menunjukkan pukul 23 lewat, kami masih disana sambil makan yang sudah
disediakan. Gue wawancara dan juga berfoto di beberapa lukisan. Lukisan dan
cerpen yang paling fenomenal adalah “Maukah kau menghapus bibirnya di bibirku
dengan bibirmu?” judul yang cukup panjang menurut gue, namun hafal, hahaha =D
Sebelum
pulang, gue foto-foto dulu sama yang lain di depan Bentara Budaya. Padahal
sudah hampir mau jam 12 malam, dan gue masih disana. Sungguh ini pengalaman
pertama kalinya gue keliaran tengah malam sampai jam segini.
Selesai
foto, kita nunggu anak-anak yang taadi sore berangkat bareng, nuggu lumanyan
lama di tempat parker. Ternyata mereka mau ke monas dulu. Bingung banget waktu
itu. Soalnya tinggal gue sama fia yang
cwe dan arah ke depok dan juga hmmmmmm ngendarain motor sendiri.
Ada
lagi permasalahannya, GUE GAK TAU JALAN !
Nahhh,
komplit banget dehh malam ini. Setelah sekian menit menunggu, akhirnya ada yang
ngalah untuk pulang ke depok. Gue biasa manggil dengan sebutan jawa. Akhirnya
kita mutusin kalau jawa naik motor fia dan gue boncengin fia, tujuannya adalah
bila gue di takdirkan untuk nyasar, setidaknya gue engga nyasar sendirian, tapi
nyasar bareng fia. Hehehe
Sepanjang
perjalanan gue ngobrol ngalur-ngidul sama fia. Karena suasananya dingin banget,
anginnya kurang bersahabat, jadi gue berusaha untuk cerewet supaya setidaknya
suasana hati gue bisa hangat #halaaah
Dan
gue juga ga nyangka kalau setengah satu tengah malam, itu budaya macet di ibu
kota Jakarta tetap berlaku. Gue pikir perjalanan gue pulang bakal lancar kayak jalan
tol, ternyata perkiraan gue salah. Seketika panas menyelubungi badan saat macet
panjang telah di depan mata.
Bersabar.
Itu lah kuncinya.
Akhirnya
sampai di jalanan yang lengang. Gue melihat jam besar di pinggir kota, sudah
hampir jam 1. Gue sama fia bener-bener ngerasain hal berbeda. Pengalaman
perdana liputan di Jurusan teknik grafika dan penerbitan (JURNALISTIK).
Kita
sempat berteriak di tengah kota sambil bilang………
“KITA
KARTININYA WARTAWAN”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar