Selasa, 09 September 2014

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin-Tere Liye


Tania mengenang ‘segalanya’ dibalik kaca lantai dua toko buku terbesar di kota Depok.
SEMUANYAAAA ..
Tentang meninggalnya ibu, tentang adiknya Dede, tentang kak Ratna, dan tentang dia (seseorang yang telah datang dan menjanjikan masa depan untuk Tania dan Dede yang hanya seorang pengamen.  Dia juga yang membuat Tania merasakan ‘itu’, perasaan yang tidak bisa diartikan secara luas oleh Tania yang baru kelas 1 SMP.

Tania berumur 12 tahun, adiknya 7 tahun dan dia 26 tahun.


Sejak pertemuan di dalam metro mini bersama dia, semua terasa mudah dan ringan. Tania dan Dede jadi bisa sekolah lagi, tidak mengamen seperti dulu. Mereka yang tadinya hanya tinggal di sebuah rumah kardus sekarang sudah pindah ke kontrakan kecil dekat-dekat situ.

Ibu Tania jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Pesan terakhir ibunya kepada Tania, “Berjanjilah, Nak. Berjanjilah, kau akan selalu menjaga adikmu.” “Berjanjilah, Nak.. ini akan menjadi tangisan terakhirmu pula. Kau tak boleh menangis demi siapapun mulai detik ini. kau tak boleh menangis bahkan demi adikmu sekalipun. Kecuali… kecuali demi dia… kecuali demi dia.

Saat itulah, Tania bersumpah akan menurut pada malaikat keluarganya. Termasuk menerima beasiswa sekolahnya di Singapura, ia menurut walau hati tak rela untuk jauh dari Dede dan tentu saja dia.
“Kau akan tumbuh menjadi wanita cantik dan pintar, Tania.” Ucap dia sambil mengelus kepala Tania.

Oke sebut saja dia,Danar… Tania dan Dede memanggilnya om Danar.

Beasiswa Tania berlanjut hingga kuliah. Perempuan kumel, kotor yang biasanya berlari-lari untuk mengejar metro mini sekarang sudah berubah menjadi wanita dewasa yang cantik dan pintar.

Usia Tania 21 tahun, Adiknya 16 tahun dan dia 35 tahun.

Umur yang cukup untuk menikah. Danar akan menikah dengan Ratna. Ohh iyaa, aku lupa menceritakan tentang Ratna. Ia adalah ‘teman dekat’ Danar sejak Tania masih tinggal di Indonesia, dia juga membantu Tania mencari sekolah untuk dirinya dan ada saat ibu Tania sedang sakit parah. Namun hubungannya sudah lama putus, walau akhirnya mereka bertemu kembali dan memutuskan untuk menikah.

Sebagai ‘adik’ seharusnya Tania bahagia mendengar kabar gembira itu. Namun tidak untuk Tania yang mengganggap Danar lebih dari seorang ‘kakak’.
Tania memutuskan untuk tidak ke Jakarta saat acara itu berlansung. Ini membuat Danar sedih dan murung. Bahkan Ratna takut kalau Danar akan berubah pikiran.
Pernikahan tetap berlangsung tanpa kehadiran Tania. Walaupun sudah di ingatkan oleh Anne—sahabat Tania di Singapura—bahwa Danar tak mungkin suka dengan wanita seumuran kita. Dia pasti lebih suka dengan wanita yang tak jauh beda dengan dirinya. Tania tak peduli. Ia tetap tak peduli..

Sangat menyesakkan sekali. Mereka putus hubungan sejak pernikahan itu. Tak ada lagi chatting dan tidak ada lagi telepon dari Danar. Mungkin mereka sudah bahagia? Pikir Tania. Ahhh sudahlah,, Tania tidak ingin memikirkan urusan ‘hati’ itu lagi. sangat tidak penting. Ia mencari kesibukan lain selain kuliah yaitu membuka usaha kue di Singapura. Ini semata-mata agar pikirannya tidak terpaku dengan dia.
Semua berjalan normal. Waktu memang obat yang sangat mujarab.

Walaupun Tania tidak berkomunikasi dengan om Danar, namun komunikasinya dengan kak Ratna tak pernah putus. Ia selalu mengirimkan kabar satu sama lain. Enam bulan berjalan seperti biasanya, sibuk dan sibuk yang Tania inginkan. Sampai pada akhirnya kak Ratna bercerita serius melalui chatting. Sangat amat seriusss..
Kak Ratna tak tahan untuk bercerita ini semua dengan Tania.

Danar, suami tercinta Ratna sepertinya tidak (lagi) mencintai dirinya, atau malah memang tak pernah sedikit pun mencintainya?
Enam bulan usia pernikahan Danar dan Ratna tak ada yang istimewa. Tak ada sedikitpun. Bahkan hanya sekedar ngobrol romantis pun tidak!!
Ada yang aneh dengan sikap Danar. Sering pulang malam entah kemana. Tak ada waktu untuk berduaan dengan Ratna. Ada apa sebenarnya??

Tania kaget membaca tulisan panjang yang ada di hadapannya. Masa sih om Danar seperti itu? Tak mungkin ia berselingkuh? Tak mungkin ia tega menyakiti istrinya sendiri?
Rahasia besar mungkin belum terungkap.
Tania menyuruh Dede memata-matai om Danar. Apa saja yang di lakukannya? Pergi kemana saja sampai larut malam??

Dede sebenarnya mengetahui apa yang tidak di katakan. Karena dengan sikap pun sudah jelas terlihat kalau Danar sebenarnya menyukai Tania. Seseorang yang selama ini di anggapnya menjadi ‘adik’. Ia menyukai Tania sejak dulu.. duluuuuuuu sekali. Saat rambut Tania masih di kepang dua, saat Tania masih ‘bocah’.

Danar sadar bahwa perasaannya tak mungkin terbalas, banyak perbedaan di antara mereka—walau sebenarnya rasa itu sudah terbalaskan..
Tak perlu banyak waktu untuk berpikir terbang ke Indonesia. Malam ini semuanya harus selesai. SELESAIII..

Tania bertemu dengan Danar. Menjelaskan semuanya. Tentang perasaan, cinta, rindu, cemburu yang pernah terjadi.
Namun saat ini sudah ada Ratna yang senantiasa menunggunya di rumah setiap malam, senantiasa mencintainya dengan sepenuh hati. Akhirnya Danar mau memperbaiki semuanya, melupakan cinta masa lalunya dan Ratna tak perlu tau soal itu..

“Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan. Dia memang amat sempurna. Tabiatnya, kebaikannya, semuanya. Tetapi dia tidak sempurna. Hanya cinta yang sempurna.”








Tidak ada komentar:

Posting Komentar