Minggu, 07 September 2014

Fira dan Hafez


Fira Basuki. Siapa sih yang engga kenal dengan beliau? Wanita cantik yang karyanya banyaaaak dan selalu populer J
Kali ini gue mau cerita sedikit tentang autobiografinya yang berjudul “Fira dan Hafez”
Kisah yang mengharukan, menyedihkan namun mengKUATkan.
Belahan jiwa, separuh raganya HILANG, tetapi ia harus tetap hidup bersama kenangan.
Yaa.. Fira di ‘tinggal’ untuk selama-lamanya oleh suami tercinta. Suami yang baik, suami yang menerima dia apa adanya, suami yang romantis, suami yang selalu ada untuknya, dan ayah dari anak yang di kandung Fira.

Hafez mengidap Aneurisma. Penyakit apa itu? Pecahnya pembuluh darah secara tiba-tiba. Fira berkata, “Benarkah Hafez telah tiada? Mengapa ia pergi begitu cepat? Haruskah saya saja, bukan dia. Bukankah saya yang berusia empat pulh tahun?”
Satu yang pasti adalah yang muda belum tentu ‘ada kesempatan’ dan yang tua belum tentu ‘kembali’ dengan cepat. Orang baik akan meninggalkan KEBAIKAN. Orang baik akan ‘pulang’ duluan. Yaa, itu memang benar adanya..

Hafez sosok yang romantis di mata istrinya, sosok suami idaman. Saat setiap pulang dari kantor Fira muntah dan Hafez sendirilah yang membersihkan muntah Fira. Ia membantu Fira dengan sabar. Hafez tidak memperbolehkan muntahan Fira dibersihkan oleh asisten rumah tangga. Ia sendiri yang turun tangan tanpa jijik sedikit pun, dengan alasan, “Ini Muntah bojoku (istriku).”

Pernah beberapa kali mereka membicarakan tentang kematian. Fira sadar suaminya lebih muda darinya, tampan, gagah, wajar saja kalau dirinya yang akan lebih dulu meninggal. Hafez jawab, “Yo, kalau kamu meninggal duluan, saya akan di rumah temani anak-anak.” Tetapi anehnya sehari sebelum Hafez pergi ke Yogya ia berkata, “Fir, aku nggak mau kamu meninggal duluan. Aku nggak sanggup hidup di dunia tanpa kamu. Aku aja yang meninggal duluan ya?”. Mungkin itu pertanda? L
Yang telah ‘pergi’ takkan bisa kembali. Selagi kalian bisa bersama dengan orang tersayang buatlah ia tersenyum saat di dekatmu.
Moment berharga atau kenangan orang yang telah tiada tak bisa terulang, hanya bisa di ingat dan di rasa. Sedih memang kalau hanya bisa membayangkan, tak bisa tersentuh dunia nyata.

Fira bercerita dalam tulisan di bukunya, ini membuat saya merinding..
(Tidak ada proposal khusus dari Hafez seperti dalam film-film, ia juga tidak jongkok di hadapan saya. Bahkan saya lupa persisnya kapan ia menyebutkan ingin menikahi saya karena sejak ia serius, pembicaraan itu selalu hadir. Suatu hari Hafez mendadak berkata. “Yuk sholat dua rakaat sama aku, aku mau minta izin Allah.” Lalu ia pun menjadi imam di sholat itu. Saya sujud sambil menangis, masih tak percaya ada seorang pria di luar keluarga saya yang mengajak saya sholat berjamaah. Selesai shalat tampak ia lega. Ia berkata, “Aku sudah amat sangat yakin.”)

Begitu.. iya begitu indah kisah mereka..
Satu pesanku. Buatlah orang-orang disekitarmu tersenyum, sebelum mereka ‘pulang’ J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar