Rabu, 19 November 2014

RESENSI MOONCAKE



Judul Buku:     Mooncake
Penulis:            Rizka Amalia
Tahun Terbit:   2014, cetakan I
Penerbit:          Noura Books
Kategori Buku:Fiksi

Guang An adalah gadis muda berumur 15 tahun yang menderita disleksia. Disleksia berarti mengalami kesulitan dalam membaca, dalam hal mengeja, dan menulis.
An bersekolah di sekolah umum seperti teman-temannya yang normal. Ia selalu di bantu ibunya dalam belajar, membaca materi-materi di sekolah dan An hanya mendengarkan ibunya berbicara. Dengan usahanya itu, An selalu mendapatkan peringkat 10 besar dalam kelas. Selain ibunya, An mempunyai seorang kakak bernama Chen Han, ia sangat menyayangi adik semata wayangnya itu. Namun, kebahagian An tidak sempurna. ayah An tidak memperhatikannya, ia selalu menyindir anak perempuannya dan selalu menyalahkan “sudah besar kok tidak bisa membaca?” Padahal, ini bukan kemauan siapa pun, Tuhan yang menakdirkan bahwa An disleksia.

Ulang tahun An tepat dengan perayaan festival kue bulan. Tak salah kalau An sangat menyukai kue tersebut. Sesuai dengan namanya Guang An yang artinya kemuliaan dan damai. Satu hari sebelum hari ulang tahun An tiba, ia bertemu dengan Hasta, lelaki tampan yang mempunyai pabrik kue bulan dan mau mengajari An untuk membuat kue bulan sendiri. An sangat senang bertemu dengan teman baru yang tidak mempermasalahkan kekurangannya. Tidak seperti ayah An.
Penulis memakai bahasa yang mengalir dan plot yang digunakan penulis cukup baik. Namun, ada kebingungan di benak saya karena pada bab terakhir novel ini, An sangat kesulitan untuk menuliskan beberapa huruf dan sering tertukar seperti ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar ’w’, ’s’ tertukar ’z’. tetapi pada saat An dan Hasta menulis sesuatu untuk di terbangkan bersama lampion, penulis tidak menerangkan kesulitan An. Membuat bertanya-tanya, “Itu bisa nulis dengan lancar, padahal kan menderita disleksia?”
Desain cover novel mooncake sesuai dengan judulnya—kue bulan—berwarna cokelat muda yang di hiasi lampion-lampion khas orang Tionghoa. Sangat enak di pandang mata dengan susunan font judul yang menarik.
Novel fiksi ini sangat mengharukan dan cocok untuk dibaca oleh keluarga-keluarga. Pesan yang tersimpan dalam novel ini yaitu janganlah menganggap sebelah mata orang yang mempunyai kekurangan. Anggaplah kekurangan mereka sebagai kekuatan yang akan menjadikan mereka (orang berkebutuhan khusus) menjadi sabar dan tegar. Karena manusia tidaklah ada yang sempurna.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar