Selasa, 30 Desember 2014

RESENSI MENANGIS KARENA ALLAH


Judul Buku:     Menangis karena Allah
Penulis:              Mansur Abdul Hakim
Tahun Terbit: 2012, cetakan I
Penerbit:           Noura Books
Kategori Buku: Agama

Di dalam buku ini terdapat 170 kisah-kisah inspiratif Nabi, Para Sahabat, dan Orang-orang Saleh yang menangis karena Allah.
          Tangis adalah belas kasihan dari Allah yang Mahaagung dan Mahamulia serta rahmat adalah awal dari derajat-derajat takut kepada Allah. Apabila seorang mukmin menangis, lembutlah hatinya dan Allah telah mengasihinya serta besar takutnya kepada Allah dan menjadikannya hamba yang taat. Ketahuilah, sesungguhnya para nabi-nabi itu lebih banyak takwa dan menangis kepada Allah.

Rasa takut yang berlebihan kepada Allah S.W.T merupakan hal yang wajar bila dilakukan oleh seorang yang muslimin. Ketika itu Abu Dawud mendatangi Kurzu ibn Wabroh, ternyata beliau sedang menangis. Ia menangis karena kemarin malam tidak wiridnya, biasanya ia membaca Al-Quran satu juz. Itulah salah satu rasa takut terhadap dosa-dosa yang diperbuat semasa hidup.
Zaman telah berubah. Sekarang banyak yang tidak menyadari kesalahan-kesalahannya. Seakan masa bodo atas dosa dan maksiat yang telah dilakukan. Tak tahu malu! Tak tahu terima kasih kepada Sang Pencipta langit dan segala macam isinya.
Menangis merupakan hal yang sangat menenangkan karena kita merasa lega ketika habis menangis. Buku ini bisa dijadikan contoh karena terdapat kisah-kisah mereka yang menangis karena Allah bukan disebabkan oleh putus cinta atau karena duniawi saja. Banyak kisah para sahabat di buku ini yang menangis karena ingin menghadap Allah S.W.T tetapi tidak mengetahui apakah amal ibadahnya sudah benar, apakah ia pernah berbuat dosa. Ia sangat takut dengan Allah, sang Pencipta-Nya.
Bahkan dalam riwayat lain disebutkan bahwa Abdullah ibn Amru bertanya, “Mengapa engkau heran melihat aku menangis? Demi Allah, sungguh bulan pun menangis karena takut kepada Allah! Demi Allah, jika kalian benar-benar tahu, salah satu dari mereka pasti menangis sampai suaranya terputus-putus dan salah satu dari mereka pasti sujud sampai tulangnya pecah. Mengapa engkau heran melihat aku menangis karena takut kepada Allah? Jika kalian tidak dapat menangis, berusahalah menangis. Sungguh rembulan menangis karena takut kepada Allah!” (Ibn Abi Syaibah dalam Mushannaf, Ibn Mubarak dalam al-Zuhd, dan Al-Marwazi dalam Qiyam al-Lail).
Buku ini menginspirasi dan membuka hati kita. Pintu taubat masih sangat terbuka dan tidak ada kata terlambat, Allah MahaPengampun lagi Maha Penyayang.
Dalam penulisan buku ini sebaiknya konsisten dalam menggunakan kata ‘aku’ atau ‘saya’. Di buku ini domina yang dipakai yaitu ‘aku’, maka alangkah lebih baiknya kalau semuanya memakai kata ‘aku’. Kalimat terjemahannya sangat komunikatif dan mudah dipahami pembaca manapun, sangat menyentuh hati dan membuat pembaca ingin menangis. Namun, masih banyak terdapat kesalahan cetak (typo) di dalam buku ini yang sedikit menganggu para pembaca tetapi tidak mengurangi rasa antusias untuk tetap menyelesaikannya dari halaman satu ke halaman berikutnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar