Senin, 09 Desember 2013

Menulis untuk Keabadian

Foto by: google.com

Nama ku Elisa Purnama Sari. Besok adalah hari ulang tahun ku yang ke 19 tahun. Tak sabar rasanya menunggu hari esok tiba. Membayangkan pesta ulang tahun yang meriah, berkumpul bersama keluarga dan teman-temanku, sungguh sangat bahagia pastinya.
            Tapi saat ini aku masih terbaring tak berdaya di rumah sakit kawasan Jakarta Selatan. Karena aku menderita penyakit kanker getah bening stadium akhir. Dan kata dokter, hidupku kemungkinan akan beberapa hari lagi karena memang penyakit ku sudah kronis menyebar. Itu lah yang aku dengar dari percakapan Mama dan Dokter, seminggu yang lalu.

Aku tak sengaja mendengar pembicaraannya tersebut. Bukan merasa semakin sedih atau terpuruk, aku malah semakin bersemangat memberikan senyum di saat-saat terakhir ku dengan orang tersayang.
            “Ya Rabb,,, tolong perpanjang umurku. Setidaknya sampai hari ulang tahunku tiba.” ucapku tak bersuara, dalam keadaan lemah tetapi masih sadar. Tetesan air mata terasa begitu hangat di pipi ini. Ku hela nafas ini secara perlahan.  
            Yang hanya bisa aku lakukan selama kurang lebih sebulan terbaring di rumah sakit ini hanya menulis di sela-sela rasa sakit yang aku rasakan. Menulis sambil menahan rasa sakit tak semudah yang aku bayangkan, sesekali rasa letih sangat cepat menghampiriku, tak bisa aku mengerakkan tangan, terkadang aku kehilangan pensil ataupun buku catatanku terjatuh di bawah kasur tempat tidur rumah sakit. Tetapi hanya inilah kegiatan yang menurutku sangat bermanfaat di saat terakhirku. Setidaknya aku menulis untuk keabadian.
            “Kamu sedang menulis apa sayang??” ucap Mama tercintaku yang selalu setia menungguku sehabis menjemput adik pulang sekolah
            “Sedang menulis kisah hidupku secara singkat, supaya bila aku sudah tidak ada disini, mama dan orang-orang terkasih tetap bisa membaca tulisanku ini, dan aku berharap walaupun nanti aku sudah mati, tetapi karya tulisanku masih tetap hidup di hati mama dan hati orang-orang yang membaca tulisan terakhirku.” kataku agak sedih, namun aku tak mau terlihat lemah di depan orang yang telah mengadungku. Malaikat nyataku yang biasa aku sebut dengan panggilan “mama” ini, ku harap bisa tegar menghadapi ini semua.
Aku mencoba tersenyum sebisaku. Ingin rasanya terlahir kembali dengan keadaan yang tidak seperti ini. Tetapi aku tak boleh mengeluh, karena aku memang makhluk Allah yang sewaktu-waktu dapat kembali kehadapannya.
            “Kamu ini ngomong apa sihhh, kamu akan tetap disini sama mama, papa, adik dan tentu saja teman-teman terbaikmu.” Ujar mama yang tampak terlihat sangat sedih, aku menyesal telah berbicara seperti itu. Maafkan aku ma.
Tak lama setelah itu, kekasihku datang membawakan makanan kesukaanku. Ia duduk di samping mama. Seperti biasanya, ia selalu memberikanku senyum terindahnya, senyum yang aku rindukan disetiap saat, senyum yang terus aku nantikan kehadirannya.
Mama meninggalkan kami berdua, ia ingin membelikan makan siang untuk adik perempuanku yang masih kelas 3 SD.
“Bagaimana kabar kamu hari ini?” Tanya Putra kekasih hatiku.
Ini pertanyaan yang selalu di ulang-ulang oleh Putra di setiap harinya. Selalu dan terus menerus bertanya seperti itu. Sesungguhnya aku sudah sangat bosan mendengarnya.
Aku tersenyum simpul mendengar pertanyaan itu.
“Lebih baik dari kemarin.” Jawabku yang sengaja untuk menenangkan hatinya. Padahal ada rasa nyeri dan sedikit takut menyelimuti diriku hari ini. Tetapi aku tak memperdulikannya, biarkan hanya aku yang merasakan.
“Apa yang kau tulis hari ini Elisa?” Putra bertanya sambil tersenyum dan juga sedikit melirik buku yang ku taruh di perutku.
“Tak banyak yang aku tulis sayang. Maukah kau membacakannya kembali untukku?” pintaku kepadanya.
“Tentu saja aku mau.”
Putra mengambil buku catatanku dan langsung membuka tulisan terakhir yang terdapat  di dalam buku tersebut. Tulisanku memang tak terlalu rapi dan indah. Semoga ia bisa membacanya.

Tulisan ke-33 di rumah sakit
Tak ada yang lebih indah dari rasa sayang ini kepada Allah..
Aku, kamu, kami dan mereka pasti tau hal itu..
Indahnya melebihi apapun.
Segala macam anugrah yang Dia berikan selalu terasa sebagai pembelajaran yang berarti..
Bahkan cobaan yang tanpa henti pun, akan terasa nikmat di akhir.
Cinta ini akan tertanam di sanubari hingga nanti..
Untuk kau, orang-orang terkasih dan terhebat di dalam hidupku,,
Perjalanan hidup masih harus di perjuangkan
Menjajaki dunia yang penuh dengan lika-liku kehidupan
Bila kau terjatuh, jangan ragu untuk bangkit
Karena selalu ada tangan halus seseorang yang akan membantumu beranjak naik
Bila kau gagal, jangan pernah bosan untuk mencobanya lagi,
Karena akan selalu ada seseorang yang bersedia merangkul pundakmu untuk berkata “Kau tak boleh menyerah.”
Bila kau sakit, jangan takut untuk mengobatinya dan segeralah berjuang kembali
Kita bersama dalam satu hati dan satu tujuan untuk menggapai Rahmat-Nya
Insya Allah, kita akan di pertemukan lagi di tempat yang begitu indah yaitu di sisi sang Maha Pencipta. Aminn

            Putra terdiam sejenak ketika selesai membaca tulisan corat-coretku itu. Ia menatapku lekat-lekat seakan ingin mendekap. Aku pun membalas tatapannya.
            “Kamu kenapa menatapku seperti itu Lisa?” tanya Putra terhadapku.
            “Aku hanya ingin melihat senyum manismu yang akan aku bawa ke akhirat nanti.” Ucapku tetap saja merayu.
            Dia mengenggam erat tangan ini seakan tak ingin melepasnya. Aku diam saja. Tak lama aku tertidur nyenyak. Lelah sangat terasa di pundak hari ini. Besok adalah hari ulang tahunku. Aku sudah bahagia sekali ketika mengingat hal itu. Hari yang sudah ku tunggu-tunggu sejak dulu. Aku ingin bangun dengan rasa gembira dan ceria esok hari. Bertemu dengan teman-teman dekatku dan berkumpul bersama mereka lagi. wahhh akan menjadi hari yang bersejarah untukku. Merayakan ulang tahun di rumah sakit. Pikirku ketika itu.
***
Esok hari pun tiba. Namun ternyata Tuhan lebih sayang terhadapku, Tuhan lebih menginginkan aku bertemu dengannya dibanding bertemu dengan teman-temanku di dunia. Senang sekali aku melihatnya, teman-temanku tetap hadir untuk merayakan ulang tahunku sekaligus melihat jasatku untuk yang terakhir kalinya. Tak terbayangkan olehku, yang hadir lebih banyak dari yang aku kira. Ya karena ini bukan hanya acara pesta tetapi juga pemakaman ragaku.
Tetapi Tuhan masih memberiku kesempatan untuk menulis. Menulis hal-hal indah yang pernah ku lalui bersama keluarga, sahabat dan orang terkasih. Semoga dengan tulisan tersebut, aku akan tetap hidup di dalam hati mereka. Amin J

*** the end ***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar